KVA Dan Wortel

Ditulis oleh : Hasan Aroni, SKM, MPH

Tanggal : 2013-11-27


Saat ini kekurangan vitamin A menjadi masalah kesehatan dunia. Masyarakat yang hidup di bawah kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vit. A dengan risiko yang sangat mengkhawatirkan. Sekira 118 negara berkembang, khususnya Afrika, Asia Selatan dan Asia Timur adalah yang terbanyak mengalami kekurangan vit. A. Dilaporkan sekira 100-140 juta anak-anak mengalami kekurangan vit. A. Di antaranya menderita xeropthalmia, yaitu kerusakan pada kornea mata, di mana mata menjadi kering yang dapat berlanjut menjadi kebutaan. Bahkan terjadi kematian jika terjadi komplikasi penyakit karena infeksi.

Bahaya kekurangan vit. A biasanya menyerang anak-anak balita (anak yang baru berjalan atau usia prasekolah), anak-anak yang hidup di bawah kemiskinan, tidak cukup mendapat imunisasi, kekurangan gizi, dan anak-anak yang terkena penyakit cacar, liver, dan lambung.

Vit. A berperan dalam proses melihat pada mata. Pada retina mata terdapat dua tipe sel yang sensitif terhadap cahaya yaitu yang disebut rods dan cones. Rods adalah sel yang sensitif khusus terhadap cahaya yang intensitasnya lemah (cahaya redup), dan cones bertindak sebagai reseptor terhadap cahaya dengan intensitas tinggi dan bertanggung jawab dalam membedakan warna.

Jika asupan vit. A tidak cukup mengakibatkan melemahnya adaptasi perubahan cahaya dari terang menjadi redup. Dalam hal ini kemampuan sel rods yang lebih banyak dipengaruhi. Kondisi ini dinamakan rabun senja atau kebutaan malam. Munculnya rabun senja atau kebutaan malam pada manusia merupakan indikator kekurangan vit. A. Kemampuan adaptasi terhadap gelap dapat kembali normal, bila kekurangan asupan vit. A dalam waktu pendek dan segera disuplai dengan asupan vit. A yang memadai.

Namun sebaliknya, pada kasus kekurangan asupan vit. A yang parah dan dalam jangka waktu panjang dapat terjadi kehilangan selaput lendir yang dapat menurunkan kelembaban mata, sehingga selaput mata meradang dan memerah. Hal ini berakibat terjadi infeksi pada mata. Akhirnya akan menyebabkan kebutaan. Indikasi ini dinamakan xeropthalmia, yaitu kornea mata menjadi kering. Sedikitnya ada 3 juta anak-anak yang mengalami xeropthalmia, diperkirakan 250.000 sampai 500.000 anak-anak mengalami kebutaan setiap tahunnya. Bahkan setengah dari mereka mengalami kehilangan penglihatan kurang dari 12 bulan. Sebagian besar anak-anak tersebut berada di negara berkembang.

Kekurangan vit. A akan terlihat dalam beberapa tingkatan, jaringan epitel yang terkeratinisasi yaitu sel epitel menjadi keras dan bersisik. Perubahan ini dapat terjadi pada bagian yang berhubungan dengan sistem reproduksi yaitu pemeliharaan spermatogenesis bagi pria dan resorpsi janin pada wanita, yang melibatkan sintesis kortikosteron dari kolesterol dalam dinding adrenal, hasil reaksinya dibutuhkan dalam menyintesis glikogen.

Pada pertumbuhan yang normal vit. A terlibat dalam pertumbuhan tulang. Jika asupan vit. A kurang maka tulang-tulang akan gagal tumbuh, sehingga mengurangi laju pertumbuhan dan perkembangan. Pembentukan email gigi juga akan mengalami kerusakan dan diikuti dengan penurunan pertumbuhan gigi. Selain itu, terjadi risiko pada pernapasan, lapisan sel pada paru-paru kehilangan kemampuan dalam mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, yang berakibat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi seperti penyakit diare dan cacar, sehingga terjadi kematian.

Asupan vit. A yang memadai sangat penting bagi wanita hamil. Kekurangan asupan vit. A pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran. Data menunjukkan, terdapat sekira 600.000 wanita kehilangan bayinya, khusus selama akhir semester ketiga saat akan melahirkan.

Berdasarkan laporan RDAs (Recommended Dietary Allowences), mengonsumsi suplemen vit. A baik untuk kesehatan orang tua (manula) dan ibu menyusui. Hasil survei dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES, 1991) dan Continuing Suvey of Food Intakes by Individuals (CSFII, 1994) merekomendasikan, agar makanan yang dikonsumsi setiap hari mengandung vit. A. The Institute of Medicine menyarankan pula, agar menkonsumsi 3-6 mg beta karoten setiap hari, karena akan mengurangi risiko penyakit kronis.

Sumber utama dari vit. A (retinol) adalah (alfa) karoten, (beta) karoten, (gama) karoten. Jumlah vit. A yang dibutuhkan setiap orang adalah berbeda yaitu berdasarkan dosis pencegahan dan dosis pengobatan. Kombinasi retinol dan beta karoten pada vit. A berdasarkan RDAs.

Dosis pencegahan bagi yang kekurangan vit. A pada anak-anak usia 7-10 tahun adalah 700 retinol ekivalen (RE) (2.330 unit dari retinol atau 3.500 unit dengan kombinasi dari retinol dan beta karoten) per hari. Anak-anak usia 6 tahun adalah 500 RE (1.665 unit dari retinol atau 2.500 unit dengan kombinasi retinol dan beta karoten) per hari. Sedangkan anak-anak usia 3 tahun adalah 375 sampai 400 RE (1.250-1.330 unit dari retinol atau 1.875-2.000 unit dengan kombinasi retinol dan beta karoten) per hari. Untuk wanita hamil adalah 800 RE (2.665 unit dari retinol atau 4.000 unit dengan kombinasi retinol dan beta karoten) per hari dan wanita menyusui adalah 1.200 sampai 1.300 RE (4.000-4.330 unit dari retinol atau 6.000-6.500 unit dengan kombinasi retinol dan beta karoten) per hari.

WHO (World Health Organization) dan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) melaporkan, vit. A sangat penting bagi kesehatan anak-anak. Kedua badan tersebut merekomendasikan penggunaan vit. A untuk semua anak-anak yang didiagnosis mengidap penyakit cacar karena kekurangan vit. A. Masalah ini sangat serius, di mana kematian anak-anak akibat cacar sekira 1%.

Pada tahun 1994, The American Academic of Pediatric merekomendasikan penggunaan suplemen vit. A terhadap dua kelompok anak-anak. Pertama, kelompok dengan resiko tingkat tinggi karena kekurangan gizi dan tidak cukup diimunisasi, juga penderita penyakit kronis seperti liver. Kedua, adalah kelompok anak-anak usia 6-24 bulan yang terkena cacar.

Sebagai dosis pengobatan anak-anak berpenyakit cacar dengan usia 6 bulan sampai 1 tahun diberi dosis 30.000 RE (100.000 unit) dengan dosis tunggal. Untuk usia lebih dari 1 tahun diberi dosis minum 60.000 RE (200.000 unit) per hari. Bagi penderita xerophtalmia (penyakit mata) dengan usia anak 6 bulan sampai 1 tahun diberi dosis minum 30,000 RE (100.000 unit) dengan dosis tunggal, sama dengan dosis ulang selama empat minggu. Untuk usia anak lebih dari 1 tahun diberi dosis minum 60.000 RE (200.000 unit) dengan dosis tunggal, sama dengan dosis ulang selama empat minggu.

Pertama kali vit. A ditemukan pada tahun 1913 oleh Osborn dkk. Ternyata tikus dapat tumbuh normal pada diet yang mengandung lemak susu dan kuning telur. Menurut Mc Collum (1916), vit. A merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan yang ditemukan pada jaringan hewan. Vit. A larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging, ayam, susu, biji-bijian seperti kacang kedelai dan kacang tanah.

Pada zaman Mesir Kuno, rabun senja dapat diobati dengan mengonsumsi hati yang akhirnya ternyata hati diketahui sebagai makanan yang kaya dengan vit. A. Kandungan vit. A pada beberapa makanan yang berasal dari hewan seperti daging hati yang dimasak dengan berat 3 ons adalah 30.325 IU (International Unit), hati ayam yang dimasak dengan berat yang sama adalah 13.920 IU. Secangkir susu tanpa lemak adalah 500 IU, sedangkan susu dengan 3,25% lemak adalah 305 IU. Untuk keju chedar seberat satu ons mengandung vit. A 300 IU dan pizza keju adalah 380 IU.

Meskipun tanaman tidak mengandung vit. A, tanaman secara alami mengandung karoten (provitamin A). Buah-buahan oranye dan sayuran hijau menyediakan sejumlah beta karoten yang cukup tinggi. Sebuah wortel mengandung karoten 20.250 IU, untuk semangkok wortel iris yang direbus adalah 19.150 IU, sedangkan secangkir jus wortel adalah 12.915 IU. Semangkok tepung kentang mengandung karoten sekira 7.015 IU, setengah mangkok bayam adalah 7.395 IU, semangkuk sup sayuran mengandung karoten 5.880 IU. Selain itu, karoten juga terdapat pada mangga, tomat, apricot, semangka, pepaya, kacang polong dan sereal.

Menurut rekomendasi dari Recommended Dietary Allowence (RDA), setiap 1 mju g beta karoten adalah ekivalen dengan 0,167 myu g retinol ekivalen (RE) atau 1,67 IU.

Vit. A sangat penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh (sistem imunitas). Anak-anak yang diberi suplemen vit. A akan memiliki daya tahan terhadap suatu penyakit, khususnya terhadap infeksi bakteri, parasit maupun virus. Di samping itu dapat melindungi mata dari kebutaan, dan membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Studi lain menunjukkan, beberapa pasien dengan sistem pencernaan yang terganggu akibat kurangnya asupan vit. A. Sedangkan pada orang dewasa yang secara rutin mengonsumsi vit. A, kelebihan vit. A akan disimpan sebagai cadangan dalam hati sehingga tidak menimbulkan risiko malabsorpsi lemak dalam waktu lama. Malabsorpsi lemak sering terjadi pada pasien yang terganggu sistem pencernaannya.

Pada penelitian terhadap 29.000 laki-laki perokok --yang terindikasi menderita kanker paru-paru-- dengan mengonsumsi buah-buahan berwarna oranye dan kuning serta sayuran hijau yang merupakan sumber beta karoten dapat mengurangi risiko kanker paru-paru. Percobaan dengan memberikan sejumlah karoten dan retinol sebagai chemoprevention pada pasien kanker paru-paru menunjukkan, sekira 46% pasien dapat selamat dari kematian dibandingkan kelompok kontrol. Studi lain menunjukkan, pemberian kombinasi beta karoten, selenium dan vit. E selama 5 tahun terhadap 30.000 partisipan, dapat mengurangi 13% dari kematian akibat kanker.

Di Amerika Serikat terdapat 18 juta orang yang menderita osteoporosis (pengapuran tulang). Penelitian menunjukkan osteoporosis terjadi pada wanita berdasarkan aktivitas, umur dan masa lalu mereka (alkoholik atau perokok), karena hal itu menambah risiko pengapuran tulang. Dalam studi, sekira 72.000 wanita pasca-menopause yang mengonsumsi vit. A dari makanan atau suplemen (dengan kadar 3.000 mcg per hari retinol selama tiga hari) ternyata mengurangi risiko patah pinggul. Ditambahkan, dari evaluasi studi klinik ternyata asupan retinol mencegah osteoporosis sama baiknya dengan vit. D dan kalsium.

Wortel (Daucus carota, L.) jenis sayuran yang mudah dijumpai di berbagai tempat. Warnanya yang oranye pun sangat gampang dikenali bila berada di antara jenis sayuran lainnya. Tumbuhan yang kaya beta karoten ini pertama kali ditemukan di Afganistan sekitar abad ke-7 Masehi. Umbi akarnya berasa manis dan berwarna jingga.

Selama ini masyarakat mengenal wortel untuk kesehatan mata karena kandungan vitamin A yang tinggi. Dalam tubuh, beta karoten yang ada dalam wortel diubah menjadi vitamin A yang sangat penting dalam menjaga fungsi retina mata. Tanaman yang batangnya berbentuk pendek dan basah ini mengandung beta karoten sekitar 754 ug. Jumlah ini hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan kangkung yang hanya 380 ug dan bayam sebanyak 404 ug. Semakin oranye warnanya, semakin tinggi pula kandungan beta karotennya.

Selain kaya beta karoten, wortel juga mengandung zat antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari kemungkinan serangan kanker. Kandungan lainnya yang dominan dalam sayuran ini adalah asam fenolat. Para peneliti mengungkapkan, kadar antioksidan akan terus meningkat selama satu minggu penyimpanan dalam suhu tinggi. Sesudah itu kadarnya akan menurun, namun tidak akan lebih rendah dari wortel mentah.

Riset yang dilakukan oleh Robertson, peneliti dari Amerika Serikat, memperlihatkan bahwa mengonsumsi wortel sebanyak 200 gram per hari selama tiga minggu berturut-turut akan mengurangi kadar kolesterol dalam darah sampai 11 persen. Ini cukup bermakna karena penurunan satu persen saja kolesterol dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung sampai dua persen. Maka, mengonsumsi wortel selama tiga minggu berturut-turut bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung sampai 22 persen.

Menurut riset, mengonsumsi wortel secara kontinyu sedikitnya lima kali dalam seminggu juga bisa menekan risiko terkena stroke sampai 68 persen. Ini dibanding dengan mereka yang hanya satu kali, atau bahkan tidak pernah mengonsumsi wortel setiap bulannya. Khasiat antistroke tersebut karena aktivitas beta karoten yang mencegah terjadinya plak atau timbunan kolesterol dalam pembuluh darah. Beta karoten merupakan pigmen paling aktif apabila dibandingkan dengan alpha dan gamma karoten. Biasanya beta karoten lebih dikenal sebagai provitamin A yang akan menjadi vitamin A pada dinding usus halus.

Untuk mendapat khasiat yang maksimal pilihlah wortel yang masih segar, halus kulitnya, dan warnanya yang masih terang. Untuk mempertahankan kadar beta karotennya agar tidak menurun, wortel jangan dikupas tapi cukup digosok atau disikat sedikit. Kecuali kulitnya sudah rusak atau mengeras.

Wortel juga baik untuk kulit. Kerutan dan tampak tua pada kulit dapat dihilangkan dengan wortel karena mengandung banyak vitamin A. Caranya, wortel dicuci terlebih dahulu kemudian dihancurkan dengan cara ditumbuk, atau diblender. Juga dapat dicampurkan dengan sedikit yogurt agar racikan semakin berfungsi. Setelah itu oleskan pada wajah atau bagian tubuh yang diinginkan, biarkan selama kurang lebih 10 menit, lalu cuci dengan air bersih. Kulit yang berkerut akan kembali kencang dan sehat alami.

Yang penting diperhatikan adalah proses pemasakan wortel agar kandungan zat yang ada didalamnya tidak terbuang percuma. Wortel yang direbus dan ditambah sejumlah minyak/lemak ternyata kadarnya akan meningkat hingga sepertiga apabila dibandingkan dengan wortel mentah. Kelebihan lainnya, tubuh akan makin mudah menyerap kadar vitamin dalam wortel yang dimasak.

            Di pihak lain, penelitian menunjukkan bahwa kadar antioksidan pada wortel yang dimasak, terutama bersama sejumlah kecil lemak/minyak, lebih mudah diserap tubuh. Studi yang dimuat dalam the Journal of Agricultural and Food Chemistry edisi Agustus 2000 melaporkan, wortel pureed memiliki kadar dua antioksidan (beta-karoten dan asam fenolat) lebih tinggi. Proses pemanasan ternyata meningkatkan kadar antioksidan wortel kira-kira sepertiga. Kadar antioksidan wortel pun meningkat selama penyimpanan pada temperatur tinggi selama sampai seminggu. Sesudah itu kadarnya berkurang, tetapi tak pernah mencapai kadar antioksidan untuk wortel mentah.

Pemasakan mungkin membuka sel-sel tanaman sehingga antioksidan dan bahan-bahan kimia tanaman yang lainnya dapat diserap lebih baik. Penambahan lemak membuat karotenoid dapat diserap jauh lebih baik.

Daftar Pustaka

Direktorat Gizi Masyarakat, Buku Petunjuk Pojok Gizi (POZI), Jakarta, 2001

Beck, Mary E, 2012, Ilmu Gizi dan Diet - Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter, Andi Publisher, Jakarta.

Damayanti, Diana, 2013, Wortel Untuk Anak, Gramedia, Jakarta

XPF