Keseimbangan Cairan I: Perilaku Selular Untuk Memenuhi Kebutuhan Cairan Tubuh

Ditulis oleh : HUPITOYO S.Kp, M.Kes

Tanggal : 2014-05-22


Tubuh  selalu menjaga  volume maupun konsentrasi cairan agar  homeostasis tidak terganggu. Masing-masing gangguan akan dideteksi dan di  respon melalui jalur yang berbeda-beda. Dan manifestasi klinis yang  timbul juga komplek .

Didalam plasma konsentrasi zat terlarut diatur dalam suatu “set point”  rata-rata adalah 282 mmol/kg dengan toleransi + 1,8%. Bila ambang  equilibrasi ini terlampaui, baik kelebihan maupun kekurangan  maka system alarm tubuh akan mendeteksi dan mengaktifkan  mekanisme pertahanan sehingga tubuh tetap dapat di pertahankan dalam kontinum keseimbangannya. Detektor osmoreseptor ini terletak di membran sel supraopticus, paraventricularis Hypothalamus  dan mungkin di sel-sel sistem carotis.  Jika osmolaritas melebih osmotik kritis maka ADH (anti diuretic hormone)  disekresikan dengan cepat terutama bila kecepatan peningkatannya tinggi ( > 2%/jam). Misalnya olah raga berat yang banyak mengeluarkan keringat, aktifitas dibawah terik matahari  dengan sedikit minum yang tidak sebanding dengan insensible water loose dan pengeluaran keringat, diare berat sampai menunjukan tanda dehidrasi. Selain peningkatan osmolaritas  plasma, sekresi ADH juga dipengaruhi oleh penurunan volume plasma dan penurunan tekanan darah. Penurunan ini akan direspon oleh reseptor peka tekan ( Baroreceptor) yang terletak di sel atrium kiri dan  sinus caroticus.  Melalui jalur polisinap “penurunan regangan” pada baroresptor ini merupakan trigger factor  nucleus supraoptikus  dan paraventikularis hypothalamus untuk mensekresikan ADH . 

ADH  yang tersekresi ini akan berikatan dengan reseptor V2  di sel nonluminal (basolateral ) tubulus distal. Didalam sel inilah aktifitas biologi ADH dimulai dengan aktifasi adenilat siclase  yang membentuk  cAMP ( Cyclic Adenosin MonoPhosphat). cAMP mengaktifkan proteinkinase A yang kemudian memicu  proses fosforilasi protein dengan hasil ekspresi gen.  DNA  mensistesis gugus nukleat sebagai codon / sandi yang di bawa oleh mRNA ke reticulum endoplasmic untuk disusunkan gugus nukleat sebagai anti codonnya. Protein yang disintesis ini adalah jenis aquaporin-2  yaitu famili protein yang membentuk saluran air.  aquaporin-2 bermigrasi ke membran luminal sel tubulus membentuk pori sehingga air bebas ditubulus berdifusi keinterstitium space yang akhirnya masuk ke system peredaran kedarah. Perhatikan gambar berikut   

Secara singkat bahwa ADH menyebabkan terjadinya reabsorbsi cairan intra tubular ke intra vascular dengan tujuan menurunkan osmolaritas cairan.

 Jadi ketika haus yang terjadi adalah osmolaritas plasma meningkat karena  konsentrasi zat terlarut meningkat sehingga tubuh akan menahan air agar tidak diekskresikan.     Secara klinis tanda yang tampak adalah deuresis  menurun, adanya  perilaku usaha meningkatkan intake cairan,rasa haus bahkan disuria. Disuria   terjadi karena tidak seimbangnya jumlah cairan dengan kalor yang harus dibuang. Perlu diketahui bahwa salah satu  fungsi air dalam tubuh adalah mengatur suhu,  dengan kata lain bahwa  air adalah media pembuangan kalor dari tubuh. Oleh karena itu  sensasi disuria lebih disebabkan  mukosa urether merespon suhu cairan yang melewatinya tinggi.    

 

XPF