Pangan Transgenik, Sehatkah?

Ditulis oleh : Rizka

Tanggal : 2011-03-29


Perkembangan jumlah penduduk pada saat ini semakin meningkat. Secara tidak langsung pertambahan penduduk harus diimbangi dengan pertambahan jumlah bahan pangan, agar tidak terjadi krisis bahan pangan. Dalam beberapa kurun waktu ini jenis dan variasi bahan makanan yang dikonsumsi kita sebagai manusia, terus mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi pangan. Adanya perkembangan bioteknologi dan teknologi pangan maka keinginan untuk mengkonsumsi pangan yang berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya dari biasanya timbul, terutama untuk bahan pangan yang berasal dari tanaman. Salah satu cara dengan memanfaatkan rekayasa genetika. Salah satu hasil dari rekayasa genetika adalah pangan transgenik

Apa itu Transgenik?
Istilah lain yang dipakai untuk rekayasa genetika (RG) yaitu organisme yang direkayasa secara genetika (genetically modified organism = GMO), ataupun transgenik. Transgenik merupakan salah satu metode penting dalam bioteknologi. Rekayasa genetika (RG) adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies. Produk transgenik mencakup obat-obatan (sebagai alat diagnosis & obat seperti misalnya insulin), tanaman yang tahan hama, penyakit dan herbisida, enzim untuk pengolahan makanan (keju), bahan bakar dan pelarut (ethanol). Tanaman transgenik untuk bahan pangan yang telah dikembangkan antara lain: beras, kedelai, kentang, jagung, minyak lobak, tomat, bit gula dan labu.

Apa Dampak Positif Transgenik?

Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari konsumsi pangan transgenik diantaranya adalah jika dimodifikasi sedemikian rupa pangan transgenik memiliki kandungan nutrisi atau komponen gizi yang lebih baik daripada pangan sejenis yang non-transgenik. Selain itu juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap herbisida dan daya simpan yang lebih lama. Pemanfaatan rekayasa genetik dalam pembentukan pangan transgenik, dianggap sebagai terobosan yang brilian dalam menghadapi kerawanan pangan di masa depan. Gambaran kemungkinan rawan pangan di masa yang akan datang di dunia, dapat diprediksi, dari gejala-gejala ketidaktentuan cuaca di beberapa belahan dunia. Ketidaktentuan cuaca akan mengganggu masa berproduksi tanaman pangan serta dapat mengundang wabah penyakit tertentu. Masa kekeringan yang sangat panjang di beberapa tempat di dunia adalah petunjuk ketidaktentuan cuaca, yang jelas mengisyaratkan ancaman kerawanan pangan.

Daya Sebar Transgenik.
Di lihat dari segi ekonomi bahan penyebaran tanaman bahan pangan transgenik sangat luas. Thailand dan negara-negara maju sudah menggunakan teknologi modern sejak sepuluh tahun lalu. Dan kecenderungannya setiap tahun akan terus meningkat dengan kecepatan tinggi.
Resiko yang sangat besar akan dihadapi masyarakat dunia apabila tanaman transgenik ditarik dari peredaran. Dengan semakin luas areal pertanian tanaman pangan transgenik maka semakin luas perdagangannya dan ketergantungan masyarakatnya semakin tinggi. Apabila tanaman transgenik ditinggalkan, ekonomi dunia akan lumpuh karena harus mengorbankan ketergantungan masyarakat yang tinggi dan melawan tanaman transgenik sebagai bagian penting dari perekonomian global.

Dampak Negatif
Studi yang pernah dilakukan menunjukkan makanan transgenik berbahaya bagi binatang. Beberapa fakta menunjukkan bahwa :

  • Anak tikus yang makan tomat transgenik mengalami kelainan pada lambungnya.
  • Anak tikus yang makan kedelai transgenik mempunyai angka kematian 4 kali tikus yang makan kedelai non transgenik.
  • Hati, pankreas dan fungsi testis mengalami gangguan pada tikus dewasa yang makan kedelai transgenik.
  • Kacang polong transgenik menyebabkan reaksi alergi pada tikus dewasa.
  • Kentang transgenik yang dimakan anak tikus menyebabkan perkembangan yang abnormal.
  • Anak tikus yang makan jagung transgenik tumbuh lambat, mengalami masalah dengan fungsi hati dan ginjal.


Beredarnya suplemen kesehatan transgenik yang mengandung L-tryptophan pada tahun 1989 di negeri Paman Sam mengakibatkan 37 orang meninggal, 1.500 menderita cacat, dan 5.000 orang dirawat di rumah sakit akibat EMS (Eosinophilia-Myalgia Syndrome/sindrom dengan gejala nyeri otot yang parah dan disertai meningkatnya jumlah sel darah putih).

Peran Penting Pemerintah

Layak atau tidaknya pangan transgenik untuk dikonsumsi oleh masyarakat bergantung dari kebijakan pemerintah yang sebelumnya telah dikaji oleh lembaga-lembaga yang telah terkait yang ditunjuk oleh pemerintah seperti Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (TTKHKP) di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), BPOM dan lain-lain. Sebelum beredar di pasar pangan transgenik harus melewati berbagai macam uji, diantaranya Uji alergisitas, untuk mengetahui ada tidaknya zat pemicu alergi. Uji toksisitas untuk melihat adakah racun pada pangan. Uji imunitas apakah pangan itu membahayakan daya tahan tubuh atau tidak dan uji lain yang mendukung. Tahapan uji keamanan ini sesuai dengan UU Pangan No. 7/1996, dimana pasal 13 ayat 1 dan 2 mengatur kewajiban produsen untuk menguji keamanan pangan yang dihasilkan proyek rekayasa genetika sebelum diedarkan ke masyarakat. Setelah itu, tentu produk harus diberi label mengandung bahan transgenik atau tidak. BPOM harus segera membentuk divisi uji keberadaan dan keamanan produk berbahan transgenik, serta meminta produsennya mencantumkan identifikasi ini.

Menandai Pangan Transgenik

Membedakan pangan transgenik dan pangan alami dengan mata telanjang jelas sulit. Kecuali jika pangan transgenik tersebut memiliki ciri khas. Dengan begitu, satu-satunya cara bagi awam untuk mengenali produk transgenik ini yaitu dari label pada kemasan produk. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia memberikan petunjuk, bahwa besar kemungkinan suatu produk adalah penganan hasil rekayasa genetik jika produk tersebut tidak mencantumkan kandungannya secara eksplisit sebagai bahan organik. Editor : A.Zani Pitoyo


Author: Rizka Andari Putri

Asal Jurusan: DIII Gizi Malang

XPF