Susu Kambing dan Manfaatnya

Ditulis oleh : Hasan Aroni, SKM, MPH

Tanggal : 2012-04-12


Semua jenis hewan mamalia yang memiliki kelenjar mamae pasti memproduksi susu untuk jatah makanan bayinya. Susu memang merupakan bahan makanan yang disukai banyak orang dan juga kaya gizi. Ketika kita berbicara tentang susu yang pertama terpikir pasti susu sapi. Tidak dapat dipungkiri bahwa susu ternak yang paling banyak di konsumsi hampir di seluruh belahan bumi ini adalah susu sapi.

            Tetapi, susu sapi tidak sendirian dalam memenuhi kebutuhan susu. Diluar susu sapi masih ada beberapa susu ternak lain yang sumbangananya tidak dapat dipandang sebelah mata. Misalnya, kebutuhan susu di wilayah padang pasir dipenuhi oleh susu unta. Susu domba lazim dikonsumsi oleh penduduk di Yunani, Iran dan Turki. Susu kerbau sering dimanfaatkan di Mesir, India, Pakistan, dan negara – negara di Asia Tenggara. Susu iliama diminuum oleh orang Amerika Selatan. Di wilayah Kutub Utara, orang mengkonsumsi susu rusa kutub. Sedangkan, di daratan Eropa, Amerika Latin, Afrika dan Asia susu kambing lebih populer untuk dikonsumsi.

            Secara umum, susu mamalia dapat dikelompokkan menjadi dua golonga yaitu susu ‘kaya’ dan susu ‘miskin’. Yang dimaksud susu ‘kaya’ adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein tinggi, misalnya susu ikan paus, kelinci dan anjing laut. Sedangkan susu ‘miskin’ adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein relatif lebih rendah, misalnya susu sapi, kambing, domba, kuda, kerbau dan manusia. Perbedaan komposisi ini menunjukkan adanya perbedaan tahap perkembangan anak pada waktu kelahiran. Anak ikan paus, kelinci, dan anjing laut banyak membutuhkan protein dan lemak sesudah kelahirannya untuk pertumbuhanya dibandingkan anak sapi, kambing atau domba.

            Meskipun terdapat banyak jenis hewan yang dapat menghasilkan susu, hanya beberapa hewan saja yang susunya dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Setelah sus manusia (ASI) susu yang paling umum dikonsusmsi manusia adalah susu sapi, kambing.    Bicara tentang susu kambing, terdapat catatan sejarah yang menunjukkan bahwa petani persia (kini Iran) telah memelihara kambing untuk diambil daging dan susunya sejak 4000 tahun lalu. Dan, pada masa itu susu kambing juga telah banyak sebagai  bahan obat – obatan dan obat ‘kuat’ untuk pria. Para putri bangsawan juga memakai susu kambing sebagai bahan kosmetik andalan dalam memelihara kecantikan kulit mereka.
            Di Indonesia sendiri, susu kambiung mulai dibudidaya secara komersial sejak 10 tahun terakhir. Jenis kambing yang diternakkan untuk diambil susunya adalah jenis kambing Etawa atau yang dikenal dengan nama kambing PE alias kambing perah eatwa.

            Sebuah kelompok petani penghasil susu kambing yang dikelola petani plasma di kampung Babakan, desa Ciherang Pondok, kabupaten Bogor ternyata memperoleh respon pasar yang cukup baik. Hal ini terbukti dari produksi susu sebanyak 150 liter per hari tidak pernah tersisa. Bahkan, dari kalangan menengah ke atas pun rela mengantri untuk mendapatkan susu kambing.

            Tingginya permintaan akan susu kambing berkaitan juga dengan beredarnya kepercayaan bahwa susu kambing mampu membantu menyembuhkan penyakit kurang darah, diabetes, gangguan pernafasan (asma, bronkhitis,TBC), penyakit kuning(hepatitis), gangguan pada lambung, penyakit kulit, insomnia. Juga mengandung anti arthritis atau peradangan pada sendi, osteoporosis, lemah syahwat, ejakulasi prematur, dam rematik.

            Selain diminum dalam bentuk segar susu kambing juga diolah menjadi susu bubuk, susu asam (yougurt). Di samping itu sekarang banyak beredar pula tablet makan kesehatan dari susu kambing yang berkhasiat menetralisir racun pada makan dan minuman memulihkan stamina setelah operasi dan sebagai sumber kalsiuum.

            Industri kosmetik pun tidak mau kalah dalam memanfaatkan susu kambing. Dewasa ini banyak dijual shampo, sabun mandi, krim muka, pewangi, lulur, dan krim pencukur yang terbuat dari susu kambing. Konon hasilnya kulit menjadi lebih halus, kenyal dan lembut.

            Alternatif bagi yang alergi laktosa

            Tidak semua orang bisa dan aman mengkonsumsi susu sapi umumnya  banyak ras Asia, Afrika, Amerika asli (Suku Indian) dan Eskimo tidak tahan terhadap laktosa (Lactose Intolerance). Maka dari itu, untuk mengatasi hal ini susu kambing bisa dijadikan pilihan dengan tepat sebagai pengganti susu sapi.

            Gejala alergi pada susu sapi (Cows Milk Allergy/CMA) lebih mudah terdeteksi pada bayi berusia satu tahun. Sebagian besar anak – anak tidak pernah meningalkan alerginya. Seiring bertambahnya usia, alerginya tidak kunjung sirna, bahkan terus diderita seumur hidup.

            Gejala CMA pada bayi akan tampak sebagai eksim, sering diare, sering gumoh, muntah berulangkali, kolik (kembung) berkepanjangan, bronkitis, asma. Selain itu, batuk disertai sesak napas, kematian mendadak di ranjang bayi (Cot Sudden Death), gejala gangguan seputar perut (Abdominal Pain Syndrome) dan gejala hiperaktivitas.

            Sedangkan, gejala CMA pada sebagian besar orang dewasa yaitu gangguan kulit ( gatal-gatal, bengkak, timbul bercak-bercak merah ), masalah pernapasan timbulnya lendir (mucus), gangguan pencernaan dan migran. Dari hasil penelitian  terbukti bahwa setelah  penderita CMA mengganti dengan susu kambing semua gejala – gejala tersebut lenyap.

            Ternyata, semua gejala CMA berkaitan dengan kecepatan dan efesiensi proses pencernaan dan penyerapan zat gizi dalam tubuh. Dengan kata lain gejala diatas disebabakan karena adanya protein yang tidak tercerna.

            Butiran atau globula protein dan lemak pada susu kambing ukurannya lebih kecil dan halus sehingga lebih mudah didistribusikan dan dicerna secara sempurna serta cepat oleh enzim pencernaan manusia. Selama proses pencernaan kasein susu kambing yang terbentuk tidak terlalu liat atau terlalu keras sehingga memungkinkan enzim proteolitik melakukan penetrasi dan penguraian lebih cepat.

            Kandungan Vitamin B-nya yang tinggi dan fungsi pencahar yang ringan pada susu kambing juga dapat membantu proses pencernaan serta membebaskan seseorang dari gejala stres yang sering muncul sebagai sembelit, insomnia atau susah tidur dan gangguan emosi akibat salah cerna.

            Cocok untuk bayi

            Dengan segala kelebihan yang dimiliki, susu kambing memungkinkan diberikan kepada bayi. Cara menggunakan susu kambing sebagai pengganti susu sapi pada bayi adalah mula-mula periksa produk susu kambing, pilih yang higienis sehingga susu kambing bisa langsung diberikan pada bayi dalam keadaan mentah. Untuk memudahkan bayi menghisap susu kambing, gunakan botol dot.

      Susu kambing tidak perlu mendapatkan perlakuan pemanasan seperti perebusan (proses pasteurisasi), asalkan proses pemerahanya cukup steril. Sebab, justru dengan proses pemasakan akan merusak sebagian kandungan gizi dalam susu kambing.

            Begitu terkena suhu tinggi (proses pemanasan) susu kambing akan segera menggumpal, akibatnya lemaknya terpisah dari susu. Lalu, laktobumin akan menggumpal/memadat dan membentuk lapisan dipermukaan susu sehingga ketika dikonsumsi akan memperlambat proses pencernaannya.

        Lagi pula, dengan dipanaskan, kadar Vitamin C dalam susu kambing akan berkurang. Juga senyawa “ tak dikenal” yang memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit akan rusak atau berubah susunannya.

            Salah satu cara aman menghangatkan susu kambing (agar lebih nikmat) yaitu dengan cara merendam botol berisi susu kambing dalam air panas untuk beberapa lama. Susu kambing juga sangat mudah dicerna oleh bayi. Jika bayi tidak memperoleh susu ibi atau ASI karena suatu alasan , maka bisa diganti dengan susu kambing tawar (tanpa penambahan rasa/gula).

        Meski susu kambing memiliki segudang manfaat, ia tidak dapat menandingi susu sapi sebagai produk susu komersial yang diproduksi secara besar-besaran, karena produksi susu kambing tak sebanyak susu sapi. Tetapi, ada banyak keuntungan lain yang diperoleh dari susu kambing sebagai alternatif pengganti susu sapi yang dibutuhkan oleh anak-anak dan orang tua yang alergi atau menderita suatu penyakit.

Daftar pustaka :

XPF