Dismenorea dan kumulasi lemak yang berlebihan

Ditulis oleh : Admin Web

Tanggal : 2011-01-14


Apa yang di maksud dengan disminore?
Dismenorea secara umum di artikan sebagai nyeri ketika haid atau haid yang berkaitan dengan nyeri seperti kejang atau kolik (Ali Baziad, 2003:72). Nyeri ini biasanya sangat mengganggu aktivitas  bahkan  sering memerlukan bantuan perwatan secara medikamentosa
Ali Baziad membagi  dismenorea menjadi:

1)Dismenora Spasmodik
Nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Kebanyakan penderitanya adalah wanita muda, walaupun ada pula pada kalangan usia 40 tahun ke atas. Dismenorea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hal seperti itu.

2)Dismenorea Kongestif
Nyeri yang dirasakan 2–3 hari sampai kurang 2 minggu terjadinya haid yang disebut simptom pegal menyiksa. Penderita dismenorea kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba

Pads klasifikasi ginekologis dismenorea dibedakan menjadi:

1)Dismenorea primer ( esensial, intrinsik, idiopatik )
Yaitu dismenorea yang tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik. Dismenorea primer timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau kedua haid. terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan sebagai mirip kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya.

2)Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired)
Yaitu dismenorea yang disebabkan oleh kelainan ginekologik   (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servicitis uteri, dan lain-lain ). Dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan dan perdarahan yang abnormal. Biasanya terjadi beberapa tahun setelah menarche, dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi.

Bagai mana terjadinya disminore ?
Beberapa factor diduga berperan dalam timbulnya dismenorea primer yaitu:

1.Faktor Psikis dan Konstitusi
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenorea primer mudah terjadi. Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor psikis, anemia, penyakit menahun, dsb yang dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea. Faktor psikis dapat memeerberat derajad nyeri.

2.Faktor Obstruksi Canalis Cervicalis
Dismenorea sering terjadi pada wanita yang memiliki uterus posisi hiperantefleksi dengan stenosis pada canalis servicalis. Tetapi faktor ini buka satau-satunya  sebab banyak wanita yang mengalami dismenorea tanpa adanya stenosis canalis servicalis ataupun uterus hiperantefleksi.

3.Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya hubungan antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkiale.

4.Faktor Neurologis
Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian system syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.

5.Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum jelas.

6.Prostaglandin
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi.
Prostaglandin yang berperan disini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Ternyata tidak semua penderita dismenorea menunujukkan kadar prostaglandin yang tinggi. Mengingat hal tersebut, Stomberg dan Halbert dkk menduga ada faktor lain yang berperan dalam terjadinya dismenorea, yang aktivitasnya mempengaruhi sintetis dan pelepasan prostaglandin, yaitu hormon steroid ovarium.   

7.Faktor Hormonal
Ylikorkala dkk pada penelitiannya menemukan bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang menderita dismenorea dibandingkan wanita normal. Estradiol ini diduga menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan oleh endometrium. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kadar estradiol yang tinggi dalam vena uterina dan vena ovarika disertai kadar PGF2 alfa yang juga tinggi dalam endometrium.      

a.Dismenorea Sekunder
Sama seperi dismenorea primer, penyebab dismenorea sekunder juga belum diketahui dengan pasti. Dismenorea sekunder diduga disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang merupakan mediator dalam reaksi radang yang jumlahnya akan tinggi pada keadaan adanya penyakit radang panggul seperti endometriosis, fibromioma, serta kelainan ginekologis lainnya.

Bagaimanan hubungannya dengan lemak?
Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh (suprarenal, ovarium) untuk menghasilkan estrogen. Enzim yang diperlukan untuk mengubah androgen menjadi estrogen adalah aromatase. Jaringan yang memiliki kemampuan untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah sel-sel granulose dan jaringan lemak. Makin banyak jaringan lemak, makin banyak pula estrogen yang terbentuk. Androgen adalah prekusor untuk pembentukan estrogen. Estradiol yang tinggi ini diduga menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan oleh endometrium. Baik estrogen maupun prostaglandin merangsang peningkatan otot miometrium dan kontraksi uterus. Estradiol disintesis oleh jaringan lemak sedangkan asam lemak esensial merupakan prekusor pembentukan hormone seperti prostaglandin. Dalam Paath (2005) pada beberapa penelitian ternyata wanita gemuk memiliki resiko tinggi terhadap organ reproduksi dalam tubuh. Wanita gemuk cenderung menunjukkan adanya kelainan pada pengeluaran hormon yaitu akan terjadi peningkatan produksi hormon androgen baik di ovarium maupun di kelenjar adrenal. Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen.

Kepustakaan
Anurogo, Dito. 2008. Segala Sesuatu Tentang Nyeri Haid.
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Baziad, Ali dkk. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Kelompok Studi Endokrinologi Republik Indonesia (KSERI)
Bobak, 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Francin Paath, Yuyun Rumdasih, Heryati. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
XPF