Benarkah Jajan Itu Perlu?

Ditulis oleh :

Tanggal : 2011-04-15


Pendapat bahwa jajan atau makanan selingan merupakan makanan tambahan atau ekstra dapat menimbulkan salah penafsiran. Jajan (snack) selayaknya dipahami sebagai bagian dari makanan dalam rangkaian makanan harian. Tanpa makanan selingan kebutuhan gizi harian seseorang belum dapat terpenuhi dengan baik.

Mengapa Jajan?

Makanan selingan harusnya merupakan 10 – 30% bagian dari kebutuhan energi harian. Lambung memiliki kapasitas terbatas. Makan pagi dalam porsi banyak dengan harapan cukup untuk memberikan kebutuhan tenaga satu hari tidak dapat dilakukan. Lambung sebaiknya berisi satu porsi makanan, sejumlah minuman, dan sebagian ruang dikosongkan untuk udara. Mengisi lambung terlalu penuh menimbulan ketidaknyamanan dalam jangka pendek. Jika kebiasaan ini berlanjut dalam jangka panjang dapat memicu munculnya penyakit kelebihan gizi. Pola makan yang baik adalah tiga kali makanan utama (pagi, siang, malam) dan diantara waktu makan tersebut mengkonsumsi makanan selingan. Makanan pokok menyumbang pemenuhan gizi 70 – 90% dalam sehari. Jadi jika kontribusi gizi makanan utama dan makaann selingan digabung kebutuhan sehari dapat terpenuhi dengan sempurna.
 
Selain terkait dengan kapasitas lambung, fungsi jajanan adalah untuk mengatasi “krisis energi” atau kelaparan diantara waktu makan. Lambung akan kosong setiap 3 – 4 jam setelah makan. Jika makan pagi dilakukan sekitar 06.00 – 07.00 maka sekitar pukul 09.00 – 10.00 rasa lapar akan muncul. Demikian halnya dengan 3  - 4 jam setelah makan siang. Fungsi jajanan adalah untuk mengisi kekosongan kebutuhan gizi saat kritis tersebut. Oleh karena itu makanan jajanan atau makanan kecil disajikan sebagai midmorning snack (09.00 – 10.00) dan  midafternoon snack (16.00 – 17.00).
 
Konsumsi jajanan juga membantu memastikan asupan air terpenuhi. Setelah mengkonsumi makanan kecil muncul rasa haus. Hal ini lebih terasa jika jajanan yang dikonsumsi berupa jajanan kering. Jajanan yang beredar di masyarakat berdasarkan jenisnya, dapat dibagi menjadi kelompok makanan utama, kue-kue dan minuman. Contoh makanan utama antara lain adalah nasi goreng, mi goreng/bakmi, dan roti. Termasuk dalam atau kue-kue adalah biskuit, martabak, tempura, batagor, sosis, makaroni, bakso, bakwan, cilok, leker, wafer, cimol, pukis, wafel, beragam gorengan (pisang goreng, bakwan, weci, menjes), beragam jenis snack kerupuk kemasan (chiki-chiki), permen. Apapun jenis jajannya, jika bentuknya kering, diproses dengan menggoreng, atau mengandung lemak tinggi cenderung untuk mendatangkan rasa haus. Dengan demikian umumnya penyajian jajanan disertai dengan minum teh atau air putih. Konsumsi jajanan dalam bentuk minuman, seperti es teh, pop ice, es puter, es krim, es lilin, susu pasteurisasi, dan angsle dengan sendirinya memberikan sumbangan cairan yang bermakna bagi tubuh.

Alasan lain yang tidak kalah penting untuk mengkonsumsi jajan adalah penyesuaian dengan gaya hidup aktif. Kesibukan, keharusan tepat waktu, perubahan jadwal sering menjadi alasan untuk tidak melewati waktu makan. 

Kandungan Gizi Jajanan

Jajanan memiliki kandungan gizi yang sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena tidak ada standard resep. Meskipun jenis bahan yang digunakan untuk membuat jajanan relatif sama, namun berat tiap-tiap bahan dari satu resep dengan resep yang sama di daerah lain bisa berbeda. Selain itu variasi bahan yang digunakan untuk resep sejenis dari satu juga sangat beragam. Mengingat tiap-tiap bahan makanan memiliki komposisi nilai gizi yang khas, maka penggunaan jenis bahan yang berbeda dan jumlah yang tidak sama tersebut menyebabkan perbedaan nilai gizi pada produk akhirnya. Tabel berikut adalah contoh nilai gizi jajanan yang umum dijual dipasaran.
 
Tabel Nilai Gizi Jajanan Tradisional per Porsi Saji
 
  Tabel Nilai Gizi Beberapa Jenis Jajajan Populer
 
Memilih Makanan Jajanan
Berdasarkan jenis produsennya, jajanan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jajanan tradisional dan pabrikan. Jajanan tradisional dibuat di tingkat rumah tangga dengan teknik pengolahan yang lazim digunakan sehari-hari. Peredaran makanan jajanan jenis ini di Indonesia tidak dipersyaratkan menggunakan merk dagang dan ijin edar. Termasuk dalam kelompok ini adalah cilok, bakso, pisang goreng, siomay, pangsit, batagor, nagasari, dan lumpur. Jajanan pabrikan diproduksi oleh pabrik makanan dalam jumlah besar dan diedarkan secara luas. Ciri jajanan jenis ini adalah penggunaan kemasan kedap dan label.

Berikut adalah panduan singkat untuk memilih makanan ringan:

  1. Pilih tempat membeli yang baik. Penjual yang baik menangani makanan dengan benar. Misalnya suhu penyimpanan yang tepat, eliminasi dari pencemaran baik dari bahan makanan lain, orang (penjual sendiri maupun pembeli), dan lingkungan sekitar (asap, debu, serangga).
  2. Secara umum, dilihat dari aspek bentuk, warna, bau keadaan makanan layak atau normal sesuai seharusnya. Penyimpangan dari kondisi seharusnya mengindikasikan keadaan tidak layak. Contoh, bakso yang baik memiliki tekstur kenyal, namun tekstur yang terlalu keras mengindikasikan pengunaan bahan pengeras yang berlebih.
  3. Hindari jajanan berwarna, baik makanan atau minuman, yang terlalu menyolok atau terkesan tidak wajar sebagai warna makanan. Pigmen warna makanan menjadi pudar karena proses pengolahan. Waspada terhadap jus tomat, strawbery atau jus anggur yang berwarna merah berpendar.
  4. Makanan berkadar air tinggi atau bersifat basa lemah disukai oleh mikroorganisme pembusuk atau patogen. Jajanan jenis tersebut harus dipilih dengan ekstra hati-hati.

Jajanan memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi terhadap kebutuhan gizi sehari-hari. Konsumsi jajanan yang benar baik dari aspek jumlah maupun jenis akan membantu seseorang tetap berenergi sepanjang hari. Jajanan yang bermutu harus dipilih dengan cara yang benar. (YK)


Sumber:

Kristianto, Y., Panduan Memilih dan Belanja Makanan Sehat. 2010, Yogjakarta: Nailil Printika. 190.

 

 
XPF