Konseling Dalam Layanan Keperawatan

Ditulis oleh : Abdul Hanan” abdulhanan09@yahoo

Tanggal : 2011-11-18


Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan dan profesinya. Konseling (counseling) kita kenal dengan istilah bimbingan atau konsultasi, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi atau nasehat kepada pihak lain. 

Penekanan konseling

Konseling sebagai proses berarti, konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Dalam beberapa hal konseling tidak hanya dilakukan sekali pertemuan untuk membantu klien yang memiliki masalah cukup berat dan komplek. Jadi konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan secara berkelanjutan.

Konseling sebagai Hubungan Spesifik, berarti hubungan antara konselor dengan klien merupakan unsur penting dalam konseling, hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat menuju keberhasilan konseling, meningkatkan keberhasilan konseling dan di lain pihak dapat pula membuat konseling gagal.

“namun demikian, hubungan konseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan pola hubungan sosial biasa, karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif, tanpa syarat dan empati”.

Konseling adalah membantu klien, berarti bahwa hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya

Konseling unt mencapai tujuan hidup, berarti bahwa konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya “know about” tetapi juga belajar “how to” sesuai dengan kualitas dan kuantitas.

“Tujuan akhir konseling adalah aktualisasi diri klien.”

Batasan konseling

Sebagai penegasan atas batasan konseling, Blacher (2005) mengemukakan 5 asumsi dasar yang secara umum dapat membedakan konseling dengan psikoterapi yaitu:

  1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan dan secara umum menerima tangguang jawab dari tingkah laku dan perkembangannya dikemudian hari
  2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus  pengalaman masa lalunya.
  3. Klien adalah klien, bukan pasien. Dan konselor bukan figur yang memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan partner klien sebagimana mereka bergerak secara mutual dalam mendefinisikan tujuan.
  4. Konselor secara moral, tidak netral. Tetapi memiliki nilai, perasan yang standar untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar itu dari klien, dan dia tidak mencoba menyembunyikannya pada klien
  5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya membuat klien menjadi sadar

Rana dan Dominique (2002) mengemukakan bahwa konseling dalam keperawatan memiliki kerangka kerja konseptual dalam konteks bimbingan dan konsultasi keperawatan, yang meliputi (a) konsultasi antara konselor keperawatan dan klien (b) konsultasi konselor keperawatan dengan perawat primer atau perawat associated dalam ranah penanganan pelayan keperawatan pada klien.

Profesionalisme Konselor Keperawatan

Sebagai pekerjaan profesional dalam layanan keperawatan, konseling tentu memiliki fungsi dan cara kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuannya.

Konseling keperawatan merupakan pekerjaan yang sama pentingnya dengan bidang pekerjaan profesional lainnya, seperti kedokteran, kerja sosial, pendidikan dll.

Konseling keperawatan dikatakan pekerjaan profesional karena memiliki ciri khusus sebagai ciri keprofesian dalam bidang keperawatan. 

Sebagai pekerjaan professional, seorang Konselor Keperawatan mempunyai kriteria essensial:

  1. Dapat mendefinisikan perannya secara jelas
  2. Menawarkan layanan yang unik
  3. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
  4. Memiliki kode etik yang jelas
  5. Memiliki hak untuk menawarkan layanan kepada masyarakat sesuai dengan deskripsi profesinya.
  6. Memiliki kemampuan untuk memonitor praktik profesinya

Konseling di bidang institusi dan sasaran

  1. Konseling Pendidikan Keperawatan, adalah untuk mencapai maksud dan tujuan pendidikan, masalah yang dihadapi beragam diantaranya : masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar dan vokasional dalam proses pendidikan keperawatan.
  2. Konseling keluarga, adalah bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis (konteks keperawatan jiwa ) dan pentingnya keperawatan mandiri (self care) yang dihadapi keluarga.
  3. Konseling Agama (spiritual), membantu klien yang mengalami masalah yang  berhubungan dengan spiritualnya (agamanya).  
  4. Konseling Rehabilitasi, konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang saling berhubungan dalam proses rehabilitasi, misalnya : rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan dan layanan medis.
  5. Konseling rehabilitasi juga dimaksudkan untuk membantu klien yang cacat secara fisik untuk mengembalikan persepsi dan emosi, menandakan dirinya secara positif serta berbuat lebih tepat sesuai potensi diri.

“Untuk melengkapi pelayanan keperawatan dalam proses keperawatan, maka apakah perlu adanya Konseling Keperawatan (Consultation Liaisome Mental Health Nursing), dan apakah diperlukan seorang konselor keperawatan ?"

 

PUSTAKA

Direktorat Kesehatan Jiwa, 1995. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Rana, Domonique, 2002. Nursing Pshikologie, Philadelphia, USA

Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock’s. Synopsis of Psychiatry, Behavioral Science/Clinical Psychiatry. William &Wilkins, Baltimore, USA, 9th ed, 2003, p:1223-1229

 

 

 

 

XPF