Inovasi Protese Payudara

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Malang, Jawa Timur, meluncurkan inovasi protese untuk penyintas kanker payudara. Inovasi ini salah satu solusi mengingat kasus kanker payudara di Indonesia meningkat.

"Penelitian ini, Poltekkes Malang bekerja sama dengan Poltekkes Surakarta," tegas dosen Program Studi D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang Dr. Dyah Widodo, SKp., M.Kes, Sabtu (7/10).

Dyah menjelaskan akademisi yang turut penelitian dari Poltekkes Surakarta Jurusan Ortotik Prostetik, Agus Setyo Nugroho, SST.OP., M. Kes. Adapun perjalanan penelitian tahap pertama dan tahap kedua ini akan terus disempurnakan. Sebab, sejumlah calon pengguna memberikan masukan, agar bahan produk lebih ringan meski dari sisi bentuk sudah bagus.

"Penyesuaian nanti di bagian ketiak. Tahap kedua menggunakan silikon. Penyempurnaan agar praktis dan lebih enteng. Nanti, di tahun 2024, bahannya dipilih yang berkualitas sehingga pas bisa masuk BH," kata Dyah saat kegiatan riset Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) tahun ke-2 bersama jajaran Yayasan Sahabat Peduli Kanker di Kota Malang.

Selain itu, lanjutnya, tim peneliti juga membuat buku panduan tips tetap semangat dan bahagia bagi survivor kanker payudara. Termasuk, buku mengenal kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Penulis buku, yaitu Dr. Dyah Widodo, SKp., M.Kes, Dr. Ganif Djuwadi, SST., SPd., MKes dan Dr. Farida Halis DK, SKp., MPd. Inovasi protese dan buku merupakan riset PTUPT tahun ke-2.

Dosen Poltekkes Malang Ganif Djuwadi menambahkan, kanker payudara adalah keganasan berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker ini jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel payudara.

Saat ini, kanker payudara menjadi perhatian serius lantaran penyakit tidak menular ini merupakan penyakit katastropik, yaitu penyakit yang menelan biaya tinggi. Bila sudah terdiagnosis, umumnya penderita menjadi kurang produktif sampai mengancam jiwa. Tren penyakit ini pun terus meningkat. Karena itu diperlukan upaya deteksi dini dan pengendalian faktor risiko sangatlah penting guna mencegah kanker payudara.

Sesuai data Dirjen Pelayanan Kesehatan pada 30 Agustus 2022, kasus kanker payudara meningkat, bahkan urutan pertama jumlah kanker terbanyak di Indonesia. Bahkan, penyakit ini salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

Sesuai data Glococan tahun 2020 menyebutkan, kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Kematian akibat penyakit ini mencapai lebih dari 22.000 jiwa kasus. Kebanyakan kasus terdeteksi ketika sudah di tahap lanjut. Akibatnya, pengobatan menjadi berbiaya mahal. Padahal, kematian bisa dihindari melalui upaya deteksi dini dan menghindari risiko penyebab kanker. Upaya deteksi dini seperti pemeriksaan payudara sendiri (sadari).

Dalam konteks ini, Dyah Widodo menegaskan para penyintas perlu kelompok untuk saling bantu dan saling dukung sehingga mereka tidak merasa sendirian. Untuk itu, Poltekkes Malang akan mengajak stakeholder bersama melakukan deteksi dini kanker payudara dengan sasaran ibu-ibu dan remaja putri yang berisiko.

Saat ini, pemerintah mencanangkan prioritas penanganan mengingat tingginya angka kanker payudara. Upaya tertuang dalam rencana aksi nasional kanker melalui strategi nasional penanggulangan kanker payudara Indonesia meliputi tiga pilar, yaitu promosi kesehatan, deteksi dini dan tata laksana kasus.